Search This Blog

Thursday, July 9, 2020

Kelas Kece "Nulis dan Ngeblog Itu Asyik"


                          
Quote from: PictureQuote.com


Halo semua apakabar? Ngga terasa ya kelas ngeblog-nya Cikgu Maria dan Kak Irai  yang dimulai sejak 21 Juni 2020 lalu sudah hampir di penghujung garis finish pembelajaran. Waktu berlalu terasa sangat cepat karena kelas ini begitu semarak dengan orang-orang yang haus ilmu. Bravo class!

Kesan pertama masuk kelas ini terasa asing dan dingin. Karena saya ngga mengenal seluruh peserta.  Ada sih beberapa nama yang tidak asing buat  saya...tentu saja dari teman-teman sesama crafter🙂. Sisanya saya anggap penulis blog profesional. 

Menyimak dan memberi tanda bintang untuk materi pembelajaran adalah senjata ampuh untuk saya memulai belajar dunia blogger. Kemudian langkah selanjutnya hanya membaca, memahami dan mempraktekkannya. Simple as that! Apalagi untuk orang yang mengerti atau pernah  bekerja dengan komputer pastilah semuanya akan baik-baik saja. Hanya kemauan kunci dari keberhasilan! Iya kan teman-teman?

Apresiasi yang sangat besar untuk  Cikgu Maria dan Kak Irai yang telah bersabar memberikan bimbingan khususnya kepada saya yang memang zero knowledge untuk bidang membuat dan menulis blog ini. 

Terimakasih juga untuk semua teman-teman blogger yang profesional di kelas ini. Tanpa disadari kalau kalian berbincang dengan bahasa sesama penulis, banyak istilah-istilah baru yang terlontar keluar. Ini membuat saya yang pemula begitu terasa kerdil di kelas ini. Tapi itu anggap saja cambukan buat saya. Mencoba mencari arti dibalik kata-kata bahasa tinggi sang penulis. Sampai akhirnya saya menemukan apa yang dimaksud dari kata-kata awam itu.

That was my first impressions Dear Kak Irai dan Cikgu Maria. Hampir tidak ada cacat cela dalam membimbing kelas ini. 

Sebenarnya saya hampir saja terjatuh. Ingin segera mengibarkan bendera putih karena tak sanggup menyerahkan tugas tepat waktu. Bahkan terkadang bisikan setan di tengah hening malam menggoda saya untuk segera menutup handphone atau mengalihkan ke halaman FB, IG, Pinterest dan semua apps kesukaan saya. Sambil mereka berbisik "untuk apa kau buang waktu menulis...apalagi mereview tulisan orang yang kamu tidak kenal, hanya buang waktu!" begitu jahatnya bisikan makhluk tak sekolah itu😈☻👹. Untungnya saya mau sedikit meladeni mereka untuk berperang.  No pain no gain!! Maka sayalah pemenangnya! Untuk saat ini  selesai sudah semua tugas yang diberikan Kak Irai. Yeaay...waktunya nge-baileys tiba 😁😂

Pesan saya apa yaaa? Mungkin karena saya pemula, jarak waktu setor 24 jam terasa sangat sempit. Belum lagi kalau pesertanya seorang istri merangkap ibu dari beberapa anak balita...wah rasanya bisa terseret-seret menyelesaikan tugas yang diberikan para Cikgu keren ini.

Ditambah lagi bisikan setan seperti yang terjadi pada saya. Bisa jadi tugas yang diserahkan "asal jadi" saja tanpa mengindahkan kualitas tulisan yang dibuat. Mungkin saya termasuk kategori ini. Namun demikian saya tetap berusaha mengerjakan dan menuntaskan semuanya dengan kesungguhan hati, Begitu juga dengan semua teman-teman blogger di sini.

Sukses selalu untuk kelas berikutnya ya Kak Irai dan Cikgu Maria. Peluk jauh dan jabat virtual🤗




Winter in Melbourne 
.Courtesy of Irma.





Can you see other people's written mistakes?

Hello teman-teman, kembali lagi menulis😊. Hari ini memang saya memiliki waktu senggang yang lebih banyak dari kemarin. Bersyukur bisa mengejar ketinggalan tugas nomor 3, hehehe meskipun saya sudah mendapat bendera merah karena telat menyetornya.


Source: google image


Nah pada tugas nomor 4, saya harus melakukan self editing pada tulisan di blognya Mbak Euis yang ini. Mohon maaf turut mengoreksi ya Mbak 🙏🙏, Saya pun masih terbilang "nol" untuk ilmu ini. Mudah-mudahan saja kita semua memperoleh tambahan ilmu yang kita harapkan dari saling mengoreksi kekurangan tulisan kita semua. 

Mari saya mulai memeriksa  tulisan Mbak Euis di bawah ini.
Saya akan menulis semua editan dan koreksi dalam tampilan  huruf yang berbeda dan menggarisbawahi kata yang  dikoreksi maupun yang terkoreksi, sehingga pembaca bisa mengetahui perbedaannya secara signifikan. Semoga ini bisa dimengerti pembaca🙂






Rabu, 08 Juli 2020

Merindu Dalam Batas Waktu

Merindu Dalam Batas Waktu

Bekasi, 09 Juli 2020

Alhamdulillah,..


Semua sudah diatur & dalam pengaturanNYA.
Saya mempercayai itu, begitupun ketika saya harus bertemu dengan ci Maria dalam satu WA group "CHARITY".

Semua sudah diatur dan dalam pengaturanNYA.
Saya mempercayai itu, begitupun ketika saya harus bertemu dengan Ci Maria dalam satu WA grup "CHARITY".


Tidak banyak yang terpikir, selain ingin berbagi dan bisa berarti buat orang lain.
Tidak banyak yang saya kenal dalam group, namun saya percaya karena kecintaan yang sama, akan menjadikan kami lebih dari sekedar kenal, meski hanya virtual.

Tidak banyak yang terpikir, selain ingin berbagi dan bisa berarti buat orang lain.
Tidak banyak yang saya kenal dalam grup atau group namun saya percaya karena kecintaan yang sama, akan menjadikan kami lebih dari sekedar kenal, meski hanya virtual.

Banyak ilmu saya dapat selama gabung di group, sampai akhirnya ce Maria mengabulkan keinginan saya untuk ikut di kelas yang akan diasuhnya, dan kemudian saya memanggilnya cikgu.

Banyak ilmu yang saya dapat selama bergabung di grup "Nulis dan Ngeblog Itu Asyik". Sampai akhirnya Ce Maria mengabulkan keinginan saya untuk ikut di kelas yang akan dipimpinnya, dan kemudian saya memanggilnya Cikgu.

Cikgu Maria bergandengan mesra sama akak Irai, beliau juga baru saya kenal.
Awalnya saya minder mau ikut kelas "NULIS & NGEBLOG ITU ASYK",

Cikgu Maria bergandengan mesra bersama Akak Irai, beliau juga baru saya kenal.
Awalnya saya minder mau ikut kelas "Nulis dan Ngeblog  Itu Asyik".


Dari nomor teleponnya akak Irai sepertinya tidak tinggal di Indonesia :)
Alhamdulillah saya bisa mengenal beliau dan belajar menulis dengan cara yang benar, sesuai KBBI.

Dari nomor teleponnya akak Irai sepertinya tidak tinggal di Indonesia :)
Alhamdulillah saya bisa mengenal beliau dan belajar menulis dengan cara yang benar (tanpa koma) sesuai KBBI.


Meski belum mahir dalam dunia internet (baca: gaptek *red).
Namun dengan telaten beliau berdua membimbing, setiap pertanyaan dijawab tanpa pilih -pilih padahal beliau berdua kepadatan jadwal.

Meski saya belum mahir dalam dunia internet (baca: gaptek *red), 
namun dengan telaten beliau berdua membimbing.  Setiap pertanyaan dijawab tanpa pilih -pilih padahal beliau berdua memiliki jadwal yang padat.


Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatnya pada hamba - hamba yang senantiasa berbagi tanpa pamrih.

Allah senantiasa melimpahkan rahmatNya pada hamba - hamba yang senantiasa berbagi tanpa pamrih.

Saya senang sekali bisa belajar bersama teman teman yang senantiasa saling support, membantu jika ada temen yang ketinggalan, love love jadinya saya❤️.

Saya senang sekali bisa belajar bersama teman-teman yang senantiasa saling support dan membantu jika ada temen yang tertinggal materi, love love jadinya saya❤️.

Satu hal lagi yang perlu digaris bawahi, cikgu Maria disiplin & tegas, meski masih bisa menyisipkan toleransi.

Satu hal lagi yang perlu digarisbawahi, Cikgu Maria disiplin dan tegas, meski masih bisa menyisipkan toleransi.

Semua terkesan indah walau kadang menyisakan debar- debat kekhawatiran.

Special thanks untuk cikgu Mari dan Akak Irai.

Special thanks untuk Cikgu Maria dan Akak Irai

Pesannya apa y?
Semoga setelah kelas ini berakhir, silaturakhmi akan tetap terjalin.

Saling support dan mengembangkan ilmu yang didapat selama ini, agar lebih banyak lagi yang berdaya lewat tulisan yang menjadi perantaranya.

Terima kasih untuk semuanya ..
Love you all.

Euis,

Terimakasih sudah mampir di blog saya🙏🏼


Demikian beberapa koreksi yang dapat saya temukan dalam tulisan Mbak Euis. Pemakaian huruf besar di depan nama seseorang, kata sambung, imbuhan awal dan akhir serta istilah dalam bahasa asing yang perlu ditulis miring.   Selebihnya silakan Kak Irai yang berhak menilai. 

Sampai ketemu lagi dipembahasan materi yang lain ya teman-teman. Salam sehat selalu😊  




Wednesday, July 8, 2020

Sinergi Mengulas Buku

Tugas ke-3 dari Kak Irai di kelas WhatsApp Group "Nulis dan Ngeblog Itu Asyik"  adalah belajar mengulas buku yang dibaca. Tugas tersebut sebenarnya sudah jatuh tempo sejak Selasa lalu. Namun aku belum sempat membuatnya.  Bukan karena malas atau tidak suka mengerjakannya, namun awal minggu adalah hari-hari yang begitu padat dengan rutinitas yang tidak bisa aku hindari sama sekali. Maafkan diriku ya Kak Irai🙏


Walau sudah lewat waktu biarlah aku mencoba untuk menyelesaikannya. Aku tahu terlambat menyetor tugas berarti nilai merah yang aku dapat. Tak apa bagiku daripada tidak menghasilkan sesuatu apapun. 


                      

Buku yang sedang aku ulas ini berjudul The Family With Two Front Doors. Ditulis oleh seorang penulis dan ilustrator berkebangsaan Australia, lahir di Melbourne pada Januari 1957, Anna Ciddor namanya. 

Cerita dalam buku ini berdasarkan cerita nyata masa kecil neneknya yang bernama Nomi Rabinovitch yang juga merupakan salah satu tokoh dalam cerita buku ini. Nama-nama tokoh lain dalam satu keluarga dan  juga peristiwa yang terjadi pun adalah  asli dalam kehidupan nyata mereka.  

Bangunan rumah, gerbang besi hitam, pasar buah yang diceritakan di buku ini semua nyata. Sebelum cerita ini dirilis, Anna Ciddor memang melakukan research ke Lublin dan menemukan  semua elemen penting sesuai yang diinformasikan neneknya.  Sangat menarik sekali! 

Di bawah ini ada beberapa foto nyata keluarga Rabinovitch yang aku ambil dari website Anna Ciddor. 

Source: Anna Ciddor's website 




Source: Anna Ciddor's website 




Ilustrasi Anna Ciddor: keluarga Rabinovitch 


Ada 11 tokoh utama dalam buku ini. Suami-Istri Rabinovitch yang memiliki 9 anak terdiri dari 6 anak perempuan dan 3 anak lelaki.  Mereka dilahirkan dari seorang ibu yang memiliki suami seorang Rabbi.


Tokoh #1: Papa Rabinovitch seorang Rabbi

Tokoh # 2: Mama Rabinovitch istri dan Ibu Rumah Tangga, memiliki bisnis salon rumahan khusus wanita.

Tokoh #3: Aaron, 17 tahun, anak lelaki sulung dan menikah dengan Yochevet.

Tokoh #4: Adina, anak perempuan tertua, menikah dengan cara dijodohkan pada usia 15 tahun dengan Mordechai Weinberg seorang calon rabbi dari Warsawa.

Tokoh #5: Miriam, 14 tahun. Perawakannya lebih tinggi daripada kakaknya Adina.

Tokoh #6: Shlomo, 12 tahun, berkulit putih dan kurus, rajin membaca kitab suci setiap harinya. Tak heran dia ingin  menjadi seorang rabbi pada masa depan.

Tokoh #7: Esther, 11 tahun. Selalu mendapat bagian untuk mengasuh adiknya bayi Bluma.

Tokoh #8: Nomi, 10 tahun, berhasil memasak Gefilte Fish dengan sempurna untuk disajikan pada ritual Shabbat.

Tokoh #9: Yakov, 8 tahun. Anak ini selalu rajin membantu ibu dan kakak-kakaknya dan selalu meniru di belakang ayahnya ketika melakukan ibadah.

Tokoh #10: Devorah, 4 tahun. Yang selalu mendapat tugas menyiapkan kotak sedekah pada ritual Shabbat. Perhatiannya hanya tertuju kepada makanan seperti bagel, permen dan coklat.

Tokoh #11: bayi Bluma. Belum bisa berbuat banyak selain duduk di high chair sambil memakan toasted bagel yang sudah basah, hancur dan lembek serta menjatuhkannya ke lantai😁






Source: Anna Ciddor's website 


Cerita ini berkisah di era tahun 1920-an sebelum  Perang Dunia II. Mereka tinggal di rumah susun pada lantai 2, di Jl.Lubartowska no.30 Kota Lublin, Polandia.  Kota yang merupakan Jewish quarter yaitu  daerah tradisional pemukiman  yang dihuni oleh orang-orang Yahudi yang berkeyakinan sama.

Cerita ini benar-benar menarik.  Didalamnya saya turut merasakan ada kehangatan dan sukacita keluarga. Belum lagi ikatan komunikasi yang kuat antar anak dan orangtua. Digambarkan pula tentang kedisiplinan anak-anak dalam mengerjakan tugas-tugas yang diperintahkan oleh orangtua mereka termasuk ritual beribadah. Tentu saja aspek lain seperti kepatuhan, cara bertatakrama kepada orang tua dan  kakak-beradik sangat jelas dalam cerita ini. 

Namun pada masa itu juga diceritakan perjodohan, pernikahan gadis belia (tokoh Adina) tanpa masa berpacaran yang menikah dengan seseorang yang belum dikenalnya. Ada pula aturan berpakaian bagi anak laki-laki dan perempuan yang sudah akil baligh, ketidaksetaraan gender dengan membedakan tugas dan tanggungjawab.  Setiap karakter dari kehidupan sehari-hari 9 orang anak tersebut diceritakan dengan penuh warna dan tingkah polah yang berbeda.

Tokoh papa yang bernama Rabinovitch adalah seorang rabbi (pendeta Yahudi) pada sebuah rumah ibadah kecil. Dia sangat berwibawa pada keluarganya maupun para murid-muridnya dan sangat terkenal di kota itu. 

Meja makan baginya adalah merupakan tempat diskusi dengan semua anak-anaknya. Dimana dia akan menanyakan kepada anak lelakinya apa yang sudah dipelajari dan dipahami dalam kitab suci Torah. Dia akan selalu membawa anak lelakinya beribadah bersama. 

Untuk anak perempuannya dia akan bertanya apa saja yang sudah dikerjakan oleh mereka sepanjang hari. Sering pula dia mencicipi dan memberi apresiasi tentang masakan yang mereka buat. 

Begitu hormatnya kepada ayah mereka sampai tidak ada satupun anggota keluarga yang memulai bersantap makan malam kalau belum sang ayah pulang dari rumah ibadah. Untuk yang satu ini aku teringat masa kecilku bagaimana beretika saat makan malam bersama seluruh anggota keluarga. 

Istrinya Ibu Rabinovitch hanya seorang ibu rumah tangga yang memiliki bisnis salon khusus untuk wanita. Dia sangat berkarakter sebagai ibu yang  tegas dan konsisten  dalam mendidik anak-anaknya. Terutama kepada 5 anak perempuan yang sudah besar. Dia akan mendelegasikan pekerjaan memasak, membuat roti (wajib bisa) dan mengasuh anaknya yang terkecil kepada mereka.  

Terutama pada hari Jumat malam dimana ritual ibadah Shabbat dilakukan. Maka pada hari Jumat pagi dia akan berbelanja besar  ke pasar ditemani dengan 8 orang anaknya ( satu anak lelakinya sudah menikah dan hidup terpisah rumah). Mereka akan berpencar  dan  masing-masing sudah memegang catatan belanja apa saja yang harus mereka beli. 

Pada hari Jumat selepas dari pasar mereka akan berbagi tugas. Ada yang memasak, ada yang menyiapkan meja makan, membersihkan rumah, mengantar roti challah mentah ke tempat oven pemanggangan  roti dan itu semua harus sudah selesai sebelum matahari terbenam.

Masakan yang dimasak pun sangat banyak dan harus cukup sampai hari Sabtu. Mengapa demikian? Bagi pemeluk agama Yahudi hari Sabtu adalah hari libur, hari keluarga dimana mereka tidak boleh bekerja, tidak berkendaraan, tidak menyalakan handphone dan juga api. Hari yang benar-benar fokus untuk keluarga.


Cholent (semur daging sapi, kentang dan kacang barley)
Sumber: Pinterest 

Masakan yang dimasak untuk ritual Shabbat biasanya terdiri dari masakan seafood, poultry, daging sapi, salad sayuran, couscous. Tidak ketinggalan yang utama adalah roti. Saya pribadi sangat familiar dengan semua masakan Jewish tersebut seperti Gefilte fish, cholent (seperti semur daging), ayam panggang dan sayuran juga roti challah dan roti bagel. Semuanya lezat dan saya pun sering mengkonsumsinya. 

Salmon Avocado bagel
Foto milik pribadi
 

Gefilte fish,  challah dan bagel banyak dijual di supermarket di Melbourne dan produk-produk itu akan didisplay terpisah di bagian Kosher

Roti Challah 
Sumber: Pinterest




Ikan yang bagian dagingnya dicincang dan dibumbui lalu dimasak dengan saus khusus. Selalu disajikan dengan acar  lobak merah. Yummy!
Sumber: Pinterest 

Beberapa cerita dalam buku ini mengingatkan masa kecil saya akan arti  kesederhanaan, harga diri sebagai individu dan menjaga martabat keluarga walaupun budaya dan keyakinan saya berbeda dengan cerita dalam buku ini.

Namun jujur  saat menulis ulasan buku ini saya hanya teringat  Rachel, wanita Yahudi salah satu teman baik  saya yang sekarang sudah pindah ke Texas, US. Dia yang memperkenalkan saya secara detail tentang budaya kehidupan orang Yahudi di Australia.  Teringat cara dia mengajarkan anaknya yang berumur 8 dan 5 tahun bagaimana membentuk braids pada adonan roti challah, seperti metoda mengepang rambut. 

Belum lagi di suburban tempat saya tinggal saat ini terdapat komunitas besar Jewish, tentu banyak ditemukan juga sekolah-sekolah khusus Jewish  dan sinagog mereka. Dan melihat mereka berjalan dengan pakaian khusus menuju rumah ibadah mereka. Saya menikmati sekali atmosfir yang berbeda setiap akhir pekan. 

Buku ini adalah buku novel anak. Namun saya menilainya bagus untuk dibaca setiap orang, baik yang berbeda budaya serta keyakinan. Bagaimana menurut teman-teman? 





Sunday, July 5, 2020

Jalan-jalan virtual



Hello semua salam sehat dan bahagia. Maafkan baru sempat menulis lagi di tengah-tengah kesibukan rutinitas saya sehari-hari.

Ada yang menggelitik hati ini semenjak minggu lalu saya bergabung dengan Wag "Nulis dan Ngeblog Itu Asyik". Grup belajar itu dipimpin oleh 2 orang guru profesional dibidang tulis-menulis dan membuat blog dengan baik dan benar, yaitu Cikgu Maria Magdalena dan Kak Irai dengan nama lengkap Raihana Mahmud. Saya sungguh beruntung dapat mengenal beliau berdua dan diijinkan bergabung di grup  yang dipimpinnya. 

Dalam prosesnya membuat blog tibalah pada sesi me-review atau mengulas blog teman-teman dalam satu grup. Mungkin terlalu awal bagi saya yang baru saja lahir di dunia blogger untuk menilai tulisan teman-teman senior yang tentunya lebih dulu mengenal bidang ini. 

Rasanya seperti memiliki gadget Doraemon's Anywhere Doors, saya harus mengunjungi blog mereka satu-persatu dan membaca tulisannya. Semuanya keren-keren dengan gaya penulisan mereka sendiri. Saya terkagum-kagum dibuatnya!  Inilah yang disebut dengan istilah blog-walking. Istilah yang baru saja saya dengar di lebih setengah abad hidupnya saya! Fantastik bukan?  

Setelah saya mengikuti jalan-jalan virtual di tengah pandemi Corona yang menyeramkan ini, ada satu blog yang membuat saya terpingkal geli saat membacanya. Blog itu milik Mbak Fey McFayden seorang istri dan ibu dari 2 orang anaknya yang cantik dan ganteng blasteran Indo-Scotland😍. 


Awal saya mengunjungi blognya di https://cjfamilylife.blogspot.com/?m=1
ada kehangatan dalam menceritakan keluarga kecilnya. Runut dan detail memperkenalkan satu-persatu anggota keluarganya.

Cerita dia lainnya adalah tentang https://cjfamilylife.blogspot.com/2020/06/balada-telur-asin-dan-belimbing-air.html. Ini yang membuat saya tertawa geli karena salah berintonasi dalam mendeskripsikan gelas belimbing yang di Indonesia menjadi takaran pembuatan resep masakan😁. Dia menulisnya seperti ini: 5 gelas belimbing air putih yang saat membacanya ada 2 persepsi yaitu banyaknya air putih sejumlah 5 kali gelas belimbing dan lainnya adalah 5 gelas perasan air dari belimbing putih😁.




Pokoknya saat saya membaca tulisan  Balada Telur Asin dan Belimbing Air Putih di blognya sempat membuat hari saya menyenangkan. Terimakasih ya Mbak Fey, lain kali saya akan mengunjunginya kembali. 

Saturday, July 4, 2020

Bertarung melawan waktu

"Haduuuh.....koq tiba-tiba jadi numpuk sih tugas yang harus saya selesaikan?" Begitu saya  bergumam kepada diri sendiri sambil menyisir rambut yang berantakan dengan jari-jari  saya.

Awal minggu ini saya mendapat sebuah pesan lewat WhatsApp dari seorang Instruktur workshop craft online, disinilah cerita tulisan ini dimulai.

Saya harus menentukan waktu kapan bisa bertemu dengannya via Zoom meeting.  Ketika saya mencocokkan waktu di gadget jadul saya (baca: kalender kertas) seketika itu rasanya ingin sekali memasukkan kepala saya ke dalam lemari pendingin😨.  Koq bisa tabrakan gini sih waktunya? Entah saya lengah dimana ya? Kecolongan mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari sungguh sesuatu yang melelahkan bagi saya. 

Kamis 2 Juli lalu harus masuk kelas art quilt dan dilanjut harus setor pe-er bagaimana mengubah tema dan pola pengaturan halaman blog.  Masih inget tuh tutor keren saya Mbak Maria bilang jam 5 sore WIB adalah batas waktu setoran peer di grup "Nulis dan Ngeblog Itu Asyik"... kalo nggak selesai langsung di-eliminasi dari kelas ini. Makdeg!! Beruntung saya bisa menyelesaikan kedua tugas yang sangat berbeda itu walaupun kepala saya sudah mulai retak-retak halus😂.

Tugas selanjutnya masih pada hari yang sama adalah saya masih harus menyelesaikan pesanan jahitan 2 set selimut lengkap dengan sarung bantalnya yang harus dikirim hari Sabtu 4 Juli ini. 





Maka hari Jumat 3 Juli lalu saya pikir adalah waktunya menjahit saja. Tinggal tersisa 10 lubang kancing lagi yang belum dibuat🙈.  Saya gak suka ngerjain bagian ini makanya ndedel melulu - "sabaaaar" kata hatiku menenangkan diri ini.  Lalu bagian lain adalah pasang kancing bungkus dan selesai!...Beluuum ternyata! Karena  tahap akhir sayapun harus merangkap sebagai Quality Control Officer dan juga seorang Decorator. 

Koq Decorator sih? Apa hubungannya dengan jahit selimut? 

Gini loh...pada setiap craft project yang saya buat  akan selalu diakhiri dengan sesi cekrak-cekrek alias pemotretan. Ini sesi yang paling asyik buat saya walaupun cuma motret dengan modal Hp doang 😍😁. 





Pada saat saya harus mendisplay selimut yang sudah jadi...oya ukuran selimut single 140x210 cm artinya saya harus menaruhnya di atas tempat tidur ukuran single juga kan?...Emang punya tempat tidurnya? Jawabannya nggak punya! Lalu bagaimana solusinya?

Saya masih menyimpan 1 buah kasur ukuran single milik anak saya semasa masih tinggal bersama kami. Ngga kekurangan akal saya seret kasur tersebut ke ruang tamu dan saya letakkan memanjang di atas sofa. Dibawahnya saya taruh meja untuk menyangga bagian badan kasur tersebut. Tadaaaa...jadilah tempat tidur darurat. 





Lalu mulailah saya merubah ruang tamu  seperti kamar tidur anak dengan menambah sedikit hard and soft furniture sana-sini. Sayangnya saya sudah tidak memiliki koleksi boneka ataupun mainan untuk anak perempuan😍. Dan wow seneng banget lihat hasilnya menurut penglihatan mata natural saya loh🤭.

Walaupun malam itu waktu sudah  menunjukkan pukul 1 pagi namun lelah saya sungguh terobati dalam 3 hari belakangan ini.  







Malam yang panjang dan bermakna untuk saya. Selamat istirahat untuk  jiwa-ragaku yang bertarung melawan padatnya waktu kerja.
Joy always comes after sorrow, right?